Individualized structure kontekstual berasal dari customized organization Context yang berarti "hubungan, konteks, suasana dan keadaan konteks". Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Secara umum logical mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan.
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu pendidikan pembelajaran yang menekankan kepada expositions keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. (Imam Mujahid, 2005:3)
Model pembelajaran Contextual learning ini adalah model pembelajaran dimana anak menemukan sendiri materi pembelajarannya dengan cara terlibat langsung dengan pembelajaran, kemudian anak mengkaitkannya dengan situasi kehidupan nyata. Disini peran master adalah sebagai fasilitator bukan pemberi materi secara penuh.
Tujuan
ØModel pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
ØModel pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
ØModel pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
ØModel pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
ØModel pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
ØModel pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Kelebihan model CTL
ØPembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui "mengalami" bukan "menghafal".
ØMaster memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya master memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Selain itu CTL ini banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin, yang selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, berkat pengalamannya seorang anak memiliki skema tentang burung merpati sebagai binatang yang bersayap dan bisa terbang. Sehingga, ia akan mengatakan setiap binatang yang memiliki sayap adalah burung, dan setiap burung pasti dapat terbang.
Kecocokan model Contextual learning ini pada pembelajaran di PAUD yaitu anak belajar secara langsung dan beberapa komponen CTL ini bisa dikaitkan dengan metode pembelajaran di PAUD:
1.Peran anak lebih aktif dengan cara bertanya sesuai dengan metode pembelajaran di PAUD yaitu metode tanya jawab.
2.Pada komponen CTL ada demand (menemukan) bagian tersebut sesuai dengan metode eksperimen
3. Pada komponen learning Community cocok dengan metode diskusi.
4. Pada komponen pemodelan cocok dengan metode demonstrasi, kemudian pada refleksi sama seperti checking on di TK dimana anak mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan hari ini.
5. Pada komponen ke tujuh ada penilaian sebenarnya (autentic) hal itu sama dengan penilaian yang ada di PAUD yaitu autentic (sebenarnya) dan Holistik (menyeluruh) .
Selanjutnya, asimilasi terbentuk, ketika ia melihat burung yang lain yang sama bisa terbang misalnya burung yang lebih kecil dari burung merpati yaitu burung pipit dan burung yang lebih besar seperti burung elang. Dengan demikian, ia akan menyempurnakan skema tentang burung yang telah dibentuknya, bahwa burung itu ada yang besar , dan ada yang kecil. Kemudian, akomodasi akan terbentuk, misalnya ketika anak tersebut melihat seekor ayam. Ayam memiliki sayap seperti burung, akan tetapi ayam tidak dapat terbang. Sehingga ia akan membuat skema baru bahwa tidak semua binatang bersayap itu dapat terbang. Demikianlah, selama hidupnya seseorang akan memperbaiki dan menyempurnakan skema yang telah terbentuk.