Jumat, 13 Mei 2022

Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Anak Usia Dini

 Individualized structure kontekstual berasal dari customized organization Context yang berarti "hubungan, konteks, suasana dan keadaan konteks". Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

Secara umum logical mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan.



Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu pendidikan pembelajaran yang menekankan kepada expositions keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. (Imam Mujahid, 2005:3)

Model pembelajaran Contextual learning ini adalah model pembelajaran dimana anak menemukan sendiri materi pembelajarannya dengan cara terlibat langsung dengan pembelajaran, kemudian anak mengkaitkannya dengan situasi kehidupan nyata. Disini peran master adalah sebagai fasilitator bukan pemberi materi secara penuh.

 

Tujuan

ØModel pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.

ØModel pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.

ØModel pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

ØModel pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

ØModel pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

ØModel pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

 


Kelebihan model CTL

ØPembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui "mengalami" bukan "menghafal".

ØMaster memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya master memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Selain itu CTL ini banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin, yang selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, berkat pengalamannya seorang anak memiliki skema tentang burung merpati sebagai binatang yang bersayap dan bisa terbang. Sehingga, ia akan mengatakan setiap binatang yang memiliki sayap adalah burung, dan setiap burung pasti dapat terbang.

 

Kecocokan model Contextual learning ini pada pembelajaran di PAUD yaitu anak belajar secara langsung dan beberapa komponen CTL ini bisa dikaitkan dengan metode pembelajaran di PAUD:

1.Peran anak lebih aktif dengan cara bertanya sesuai dengan metode pembelajaran di PAUD yaitu metode tanya jawab.

2.Pada komponen CTL ada demand (menemukan) bagian tersebut sesuai dengan metode eksperimen

3. Pada komponen learning Community cocok dengan metode diskusi.

4. Pada komponen pemodelan cocok dengan metode demonstrasi, kemudian pada refleksi sama seperti checking on di TK dimana anak mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan hari ini.

5. Pada komponen ke tujuh ada penilaian sebenarnya (autentic) hal itu sama dengan penilaian yang ada di PAUD yaitu autentic (sebenarnya) dan Holistik (menyeluruh) .

 

Selanjutnya, asimilasi terbentuk, ketika ia melihat burung yang lain yang sama bisa terbang misalnya burung yang lebih kecil dari burung merpati yaitu burung pipit dan burung yang lebih besar seperti burung elang. Dengan demikian, ia akan menyempurnakan skema tentang burung yang telah dibentuknya, bahwa burung itu ada yang besar , dan ada yang kecil. Kemudian, akomodasi akan terbentuk, misalnya ketika anak tersebut melihat seekor ayam. Ayam memiliki sayap seperti burung, akan tetapi ayam tidak dapat terbang. Sehingga ia akan membuat skema baru bahwa tidak semua binatang bersayap itu dapat terbang. Demikianlah, selama hidupnya seseorang akan memperbaiki dan menyempurnakan skema yang telah terbentuk.

Sabtu, 07 Mei 2022

Strategi Peningkatan Kemampuan Berpikir Anak Usia Dini

Kemampuan pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak, agar dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikannya dan pengetahuan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengetahui sesuatu, artinya mengerti menunjukan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut, perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu.

Dalam perkembangan kognitif di sekolah, master sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan.

Anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak dibangun oleh mereka sendiri karena anak mampu mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru, tidak hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan. Dari pengertian ini diketahui bahwa perkembangan kognitif menjadikan anak sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia, misalnya anak mempelajari ciri dari meja, yang sebelumnya telah dilihat oleh anak. Sehingga penegtahuan anak akan objek meja menjadi lebih kompleks lagi.

Vygotsky menyatakan bahwa dalam perkembangan kognitif, menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dengan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.29 Hal ini berarti, perkembangan kognitif anak akan berkembang jika anak belajar secara kooperatif dengan anakanak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, karena pemerolehan pada anak bermula dari lingkup sosial.



Kemampuan kognitif sering disebut juga sebagai daya pikir 16 yaitu, daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati, melihat hubunganhubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru. Ruang lingkup daya pikir yang ingin dicapai dalam rangka pengembangan kemampuan daya pikir seperti digariskan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang dikutip dalam Siti Partini meliputi:

(1) menyebut urutan bilangan.

(2) membilang (mengenal konsep bilangan) dan benda.

(3) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak diuruh menulis)

(4) menciptakan berbagai bentuk dengan mengunakan benda sesuai dengan konsep bilangan yang sudah diketahui anak.

(5) mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama.

 

Berdasarkan salah satu aspek yang merangsang kemampuan kognitif anak adalah berhitung, maka akan dijelaskan beberapa pengertian kemampuan berhitung sebagai berikut:

a. Kemampuan Berhitung

Pengertian kemampuan berhitung permulaan menurut Ahmad Susanto adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan. Menurut Sriningsih mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak.


Kegiatan berhitung yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar antara lain untuk:

a) . Membelajarkan anak berdasarkan konsepberhitung yang benar, menarik dan menyenangkan.

b) . Menghindari ketakutan terhadap matematika berhitung sejak awal.

c) . Membantu anak belajar matematika berhitung secara alami melalui kegiatan bermain.

 

Usia dini disebut sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.

Untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan potensi yang dimiliki anak maka perlu diberikannya stimulus yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak tersebut. Karna perkembangan setiap anak tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Pada masa ini juga anak memiliki sikap rasa ingin tahu yang kuat sehingga orang tua dan guru hendaknya memberikan stimulus dan lingkunganyang baik terhadap anak.

 

Kamis, 21 April 2022

Pembelajaran Loose Part Pada Anak Usia Dini

Apakah ada yang tahu apa yang dimaksud dengan Loose Part? Loose Part adalah media material lepas yang penggunaannya dapat beragam-ragam, artinya bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara.

Jadi media ini bisa digunakan dan dibentuk sesuai dengan imajinasi masing anak, maka tak heran jika Loose Part dapat membantu mengekspresikan kreativitas tanpa batas. Bahan-bahannya joke juga ada yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.

Contoh: jika seorang anak mengambil kerkil dan mulai bermain dengan kerikil tersebut, kemungkinan besar kerikil itu bisa menjadi apa quip yang diinginkan anak sesuai dengan majinasi, kreativitas, rasa ingin tahu, keinginan, dan kebutuhannya.

Pendidik memiliki peran penting untuk menyiapkan generasi bangsa yang cerdas, unggul, tidak hanya mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi ketrampilan juga diperlukan pada abad sekarang ini (Nugraheni, 2019).

Para master dan kurikulum yang mulai menggunakan Loose Part di luar ruangan umumnya lebih fleksibel, serta dapat mendorong anak usia dini menggunakan kebebasan mereka dalam bermain untuk mengembangkan kontrol individu dan keterampilan pengaturan diri.

Flanningan dan Dietze (2017), berpendapat bahwa bermain di lingkungan luar dengan pembelajaran Loose Part dapat mendukung anak untuk memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi karena memiliki pengaruh positif pada perilaku anak dan perkembangan mereka.

Dengan demikian Losee Part akan mengantarkan pada kegiatan eksplorasi alami dari dirinya sendiri tanpa paksaan atau perintah orang lain. Tentu hal ini sangat bagus untuk perkembangan mereka. Namun, tentu saja master memainkan peran penting dalam mempersiapkan, membimbing, dan mendokumentasikan selama compositions pembelajaran. Apa saja perannya? 

Sesekali ajak anak belajar di luar kelas, belajar tak melulu harus di dalam kelas, sesekali ajaklah anak untuk ke luar kelas mengeksplorasi apa yang ada di lingkungannya. Hal juga dapat menghindari kerumunan anak di dalam kelas. selain itu ada banyak bahan yang dapat mereka temukan untuk mereka eksplorasi, misalnya: pasir, blustering kayu, rumput, lumut, daun, bunga, biji pinus, jarum pinus, biji, kerang, kulit kayu, kerikil dan lain sebagainya.



Pertimbangkan keamanan anak saat bermain, walaupun anak dibebaskan untuk bereksplorasi namun tetap memperhatikan dan mengutamakan keselamatan anak, misalnya memastikan bahwa region yang akan dikunjungi anak bebas dari pecahan kaca, benda tajam maupun kemungkinan berbahaya lainnya.

Berikan kebebasan untuk bereksplorasi, keutamaan Loose Part akan di dapatkan anak apabila master tidak mendikte dalam cara penggunaannya, artinya apapun yang dibuat anak adalah atas inisiatifnya sendiri, bukan karena perintah master. Oleh karena sebaiknya jangan batasi kreativitas anak dalam penggunaan bahan yang ia gunakan dalam bermain atau memaksakan pembelajaran sesuai keinginan master. Kebebasan tersebut meliputi tiga kategori yang berbeda yaitu :


A. Kebebasan dalam pemilihan bahan

Bahwa bagian lepas pada bahan yang disediakan memberikan banyak pilihan bahan untuk anak, jadi alat dan bahan fundamental yang disiapkan master hendaknya bervariasi yang mampu mengcover masing minat anak.


B. Kebebasan selama expositions pembelajaran

Free part membebaskan anak selama expositions pembuatan suatu produk. Master hanya memberikan semangat atau sebagai fasilitator sekaligus inspiration bagi anak, seperti mengatakan "bisakah kamu membuat kupu sendiri" atau "mari kita membuat menara" tetapi selama compositions berlangsung master tidak mencontohkan langkah pembuatannya kepada anak. Ini bertentangan dengan praktik kelas umum yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa sering kali master mengatur atau memerintahkan anak untuk membuat sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan minat anak dalam membuat suatu karya. Master yang baik adalah master yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi berdasarkan imajinasinya masing, bukan terikat dengan langkah yang telah dicontohkan.



C. Kebebasan hasil produk

Kebebasan hasil produk akhir, free part memungkinkan variasi hasil produk yang dibuat oleh anak. Bagian yang lepas memberi anak kebebasan untuk membuat karya mereka sendiri. Tidak ada kewajiban bagi anak untuk membuat suatu karya yang harus persis sama dengan apa yang dicontohkan oleh master. Mengapa demikian? Karena hal itu akan menghambat kreativitas anak, menghambat daya pikir maupun imajinasi sang anak. oleh karena itu bebaskan mereka untuk berkarya sendiri. Hargai apapun bentuk karya yang dihasilkan oleh.

Minggu, 17 April 2022

Pembelajaran STEAM Anak Usia Dini

 Anak usia dini memiliki sikap dan tindakan berbeda dengan orang dewasa dalam hal berperilaku. Dimana salah satu sikap tersebut, adalah cara belajar. Sikap dalam belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami oleh pendidik. Hendaknya juga dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Telah banyak konsep pembelajaran yang telah diujicobakan terhadap anak usia ini agar benar-benar dapat melayani keingintahuan setiap anak pada masalah-masalah yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan lingkungansekitar. Salah satu nya adalah konsep terpadu antara bidang-bidang ilmu, baik di sekolah lanjutan maupun pada Pendidikan Anak Usia Dini, konsep pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran STEAM.


STEAM merupakan muatan pembelajaran kolaboratif yang mengarah pada pemberian motivasi, inovasi yang dapat melahirkan insan-insan kreatif menuju masyarakat berprestasi yang tidak hanya memperkuat pembelajaran dalam disiplin ilmu. Tetapi antar disiplin ilmu melalui kesempatan untuk mengeksplorasi yang diharapkan terjadinya koneksitas antar sains, teknologi, designing, seni, dan matematika dengan pemanfaatan sarana yang ada di lingkungan sekitar untuk menyelesaikan masalah dalam membangun pengetahuan yang positif. STEAM bukanlah mengenai pembelajaran dengan komponen terpisah.Melainkan sebuah pembelajaran kolaborasi atau penerapan seluruh komponen dalam tema tersebut. Secara singkat, bisa dikatakan. Pendidik dituntut untuk mampu menganalisa dan berpikir kritis. Mencakup penyampaian pengajaran, dalam mengolah bahan unlatched. Sehingga diharapkan mampu menggunakan alat dalam menyelesaikan suatu masalah dikehidupan sehari-hari yang ada dilingkungannya.

Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan dalam membangun cara berpikir agar anak memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui compositions mengamati sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.



    Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yang mengatakan bahwa "Anak usia dini belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang mereka peroleh". Sejalan dengan itu Vygotsky pula berpendapat bahwa "Lingkungan sekitar anak, misalnya anak yang lain, orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman anak". Kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan compositions hasil penyelidikan atau investigasi anak terhadap lingkungan. Pendekatan saintifik digunakan pada saat anak terlibat dalam kegiatan fundamental (termasuk saat kegiatan pembelajaran sains).

    Pentingnya pendekatan saintifik diimplementasikan pada PAUD adalah:

1. Mendorong anak agar memiliki kemampuan berpikir kritis, analis dan memiliki kemampuan       memecahkan masalah.

2. Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dengan mendorong anak melakukan kegiatan     mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

3. Mendorong anak mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberitahu.

     Oleh Dini Leeper (1994) mengemukakan tujuan pendekatan Saintifik Untuk Pendidikan Anak Usia Dini seperti berikut:

a. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Anak memiliki pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan disaat menerima informasi atau dalam menemukan masalah.

c. Anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang ditemukan di lingkungan alam sekitarnya, serta gejala-gejala alam yang terjadi.

d. Membantu anak memupuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala ciptaanNya.

e. Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya sehingga wawasan anak menjadi berkembang.

f. Menumbuh kembangkan sikap ingin tahu anak dalam segala hal, khususnya yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

g. Membantu anak agar mampu menggunakan teknologi sederhana, konsep sains, teknologi, designing, seni dan matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

h. Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sabtu, 09 April 2022

Problem Based Learning Pada AUD

Sebagai pengajar pendidik, diperlukan bisa menaruh pembelajaran yg bermakna bagi anak didik. Dengan memperhatikan ciri anak & pembelajaran berpusat dalam anak, sebagai akibatnya anak bisa berkesempatan pada bereksplorasi pada aktivitas belajar. Dikenalkannya metode pembelajaran berbasis kasus yg lebih dikenal menggunakan PBL. 
 
    Apa itu PBL? PBL kepanjangannya merupakan Problem Based Learning, ialah pembelajaran berbasis kasus. PBL adalah galat satu taktik buat berbagi prinsip bermain sembari belajar. PBL diterapkan menggunakan membuahkan anak menjadi sentra pembelajaran. PBL merupakan suatu pendekatan yg menurut prinsip constructive, persoalan solving, inquiri riset, integrated studies. Dalam PBL, anak bisa berbagi menggunakan suatu proyek individu atau grup buat membuat produk.
 
    Dengan penerapan pembelajaran berbasis kasus atau PBL akan bisa memunculkan berpikir taraf tinggi = HOTS (Higher Order Thinking Skills) & STEAM (Sains, Technology, engineering, Art and Mathematics) menurut aktivitas pembelajaran tadi. Anak bisa lebih menerima kesempatan buat berbagi daya nalarnya & kreativitasnya. Dalam aktivitas tadi jua bisa berbagi pendidikan karakter anak menggunakan menumbuhkan rasa empati, peduli, tanggung jawab, kemandirian & kerjasama. Penerapan pembelajaran berbasis kasus sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran masa pandemi covid-19, anak mengenal konflik konkret yg terdapat pada kurang lebih lingkungannya & menaruh pandangan baru pada pemecahan kasus. Anak bisa mengamati, mengidentifikasi, menganalisis suatu kasus menggunakan sederhana, sebagai akibatnya anak bisa menemukan solusi menurut konflik yg terdapat.
 
Ciri-karakteristik Problem Based Learning

Dalam pelaksanaannya, metode persoalan based learning dilakukan menggunakan serius dalam keaktifan murid, sedangkan pengajar hanya bertindak menjadi fasilitator. Masih melansir menurut jurnal 'Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)', karakteristik-karakteristik menurut persoalan based learning, yaitu: 
 
1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan 
Pembelajaran berkisar dalam kasus atau pertanyaan yg konkret & krusial bagi murid juga masyarakat. Pertanyaan & kasus yg diajukan wajib memenuhi kriteria autentik, jelas, gampang dipahami, luas, & bermanfaat.
 
2. Keterkaitan menggunakan Berbagai Disiplin Ilmu
Masalah yg diajukan pada proses pembelajaran usahakan berkaitan atau melibatkan banyak sekali disiplin ilmu.
 
3. Penyelidikan yg Autentik 
Penyelidikan dilakukan dalam kasus yg autentik. Selain itu, penyelidikan jua diharapkan buat mencari penyelesaian kasus yg bersifat konkret. Dalam penyelidikan, murid akan menganalisis & merumuskan kasus, berbagi, & menciptakan hipotesis, dan mendeskripsikan output akhir.
 
4. Menghasilkan Karya
Pada persoalan based learning, murid bertugas buat menyusun output penelitiannya pada sebuah karya & menampakan hasilnya. Artinya, murid diminta buat menciptakan laporan menurut output penyelesaian kasus.
 
5. Kolaborasi
Pada persoalan based learning, tugas-tugas yg diberikan wajib diselesaikan secara kolaboratif. Kerja kolaboratif bisa dilakukan baik antarsiswa pada grup akbar atau kecil, juga antara murid & pengajar.

 

Senin, 28 Maret 2022

Strategi Pembelajaran Inkuiri

 Pendidikan yang berlangsung di rumah dan sekolah merupakan compositions perubahan menuju kemajuan dan penggalian ilmu dan keterampilan serta menambah wawasan peserta didik ke arah berpikir dewasa. Arah dan pengalamannya sehari-hari yang salah satunya adalah berhubungan erat dengan usia anak.


Lembaga keluarga sebagai lembaga pendidikan withering awal dikenali anak, maka harus diciptakan dengan baik, sehingga menjadi sebuah lingkungan yang harmonis yang mendidik.


Seperti diketahui, belajar akan membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tersebut meliputi pengetahuan, sikap, kecakapan dan lain-lain. Sadiman berpendapat bahwa: "Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya".


Selanjutnya Witherington sebagaimana dikutip oleh Nana syaodih Sukmadinata, menyatakan bahwa, "Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola respons yang baru, yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan."


Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah compositions perubahan yang ada dalam diri individu sehingga mengarah pada penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang baik.


Nah, ada yang namanya pendekatan inkuiri dalam urusan pembelajaran. Apa ini?


Inkuiri didefenisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan ekspremen sendiri, dalam arti luas melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.


Kuslan Stone (Dahar, 1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran, di mana master dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan stuktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).


Pendekatan Inkuiri adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (poerwadarminto, 1976.

Menurut Nasution (1992: 128) pendekatan inkuiri adalah merupakan expositions belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan koonklusi berdasarkan pembuktian.


Berdasrkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri adalah cara yang digunakan dalam expositions pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa sesuatu yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan penyelidikan.


Sebetulnya, apa tujuan pendekatan ini?


Pendekatan Inkuiri memiliki tujuan pembelajaran yaitu di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional, juga memberi tujuan iringan sebagai berikut:

a. Menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah.

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan penggunaan pendekatan inkuiri dalam expositions pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individunya.

c. Siswa termotivasi dalam expositions pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal.


Karakteristik pendekatan inkuiri:

1. Master berusaha merangsang siswa untuk berpikir aktif dengan cara antara lain:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pikiran

b. Mendorong siswa untuk membuat interpestasi, penjelasan atau pendapat

c. Mendorong siswa untuk mengolah information atau informasi

d. Meminta siswa untuk mengaplilasikan prinsif-prinsif dalam berbagai situasi


2. Master berusaha menjaga berkembangnya suasana bebas dan mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan cara:

a. Bersikap membantu dan terbuka menerima pendapat

b. Mengarahkan pada hal-hal yang positif

c. Bersedia menerima dan memeriksa semua usaha yang diajukan oleh siswa

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk kreatif dan mandiri.



Sedangkan manfaat pendekatan inkuiri, secara garis besar, adalah: pertama, sebagai sumber compositions belajar. Pada dasarnya karakteristik dalam penggunaan pendekatan inkuiri adalah menekankan pada kualitas pembelajaran. Karena dengan penggunaan pendekatan inkuiri dalam compositions pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapannya. Dengan pelaksanaan pendekatan inkuiri diharapkan bagi siswa termotivasi dalam expositions pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal


Kedua, sebagai sarana komunikasi. Dalam suatu pendekatan inkuiri dalam pembelajaran kegiatan berkomunikasi siswa dengan master, atau master dengan siswa akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa untuk belajar juga merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. Kegiatan tersebut memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dengan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Dengan melakukan pendekatan inkuiri, kelebihannya adalah:

a. Dapat membentuk dan mengembangkan self idea pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan move pada situasi compositions belajar yang baru,

c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka.

d. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

e. Situasi compositions belajar menjadi lebih terangsang

f. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu

g. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri

h. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional

I. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.


Meski begitu, pendekatan ini juga punya kelemahan.

a. Pendekatan inkuiri terlalu menekankan pada aspek intelektual dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari pembelajaran

b. Pendekatan ini tidak efektif bagi kelas yang banyak siswanya karena setiap siswa mungkin membutuhkan waktu banyak dari master untuk menuntunnya

c. Harapan akan berhasil penyelidikan mungkin tidak terpenuhi terutama bagi master yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional.


Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap pendekatan mempunyai kelebihan atau kekurangan. Tetapi semua itu dapat diatasi dengan baik. Jika seorang master kreatif dalam menggunakannya dan siswa akan terlihat aktif dalam expositions pembelajaran.

Senin, 21 Maret 2022

Strategi Pembelajaran Ekspositori

1. Strategi pembelajaran ekspositori


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada compositions penyampan materi secara verbal dari seorang master kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara ideal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan lang-sung oleh master. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pe-lajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada compositions bertutur, maka sering juga dinamakan strategi "chalk and talk".


2. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:

a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti information atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah compositions pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada master (educator focused approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini master memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini master menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (scholarly accomplishment) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.



3. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik diban-dingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbang-a pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap master.

a. Berorientasi pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam

strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti expositions penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itu-lah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu master harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggu-nakan strategi ekspositori.

b. Prinsip Komunikasi

Compositions pembelajaran dapat dikatakan sebagai expositions komunikasi, yang menunjuk pada expositions penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disu-sun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam compositions komuni-kasi master berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.

Dalam compositions komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (commotion) yang dapat menghambat kelancaran expositions komunikasi. Akibat gangguan (commotion) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada compositions penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap master dapat menghilangkan setiap gangguan (commotion) yang bisa meng-ganggu expositions komunikasi.

c. Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai improvement yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.

d. Prinsip Berkelanjutan

Compositions pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlang-sung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui compositions penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui expositions belajar mandiri.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:

a. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk meneri-mama pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan lang-kah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antara-nya adalah:

1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.

2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

3) Bukalah record dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan. Master harus dipikirkan master dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) mengguna-kan joke-joke yang menyegarkan.

c. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran de-ngan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah di-milikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyim-pulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari compositions penyajian.

e. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah simple ka menyimak penjelasan master. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam compositions pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini master akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.



5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori

a. Keunggulan

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki bebe-rapa keunggulan, di antaranya:

1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori master bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.


b. Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.

2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan relational, serta kemampuan berpikir kritis.

4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki master, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan expositions pembelajaran tidak mungkin berhasil.

Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Anak Usia Dini

  Individualized structure kontekstual berasal dari customized organization Context yang berarti "hubungan, konteks, suasana dan keadaa...