Kamis, 21 April 2022

Pembelajaran Loose Part Pada Anak Usia Dini

Apakah ada yang tahu apa yang dimaksud dengan Loose Part? Loose Part adalah media material lepas yang penggunaannya dapat beragam-ragam, artinya bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara.

Jadi media ini bisa digunakan dan dibentuk sesuai dengan imajinasi masing anak, maka tak heran jika Loose Part dapat membantu mengekspresikan kreativitas tanpa batas. Bahan-bahannya joke juga ada yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.

Contoh: jika seorang anak mengambil kerkil dan mulai bermain dengan kerikil tersebut, kemungkinan besar kerikil itu bisa menjadi apa quip yang diinginkan anak sesuai dengan majinasi, kreativitas, rasa ingin tahu, keinginan, dan kebutuhannya.

Pendidik memiliki peran penting untuk menyiapkan generasi bangsa yang cerdas, unggul, tidak hanya mempunyai pengetahuan yang tinggi tetapi ketrampilan juga diperlukan pada abad sekarang ini (Nugraheni, 2019).

Para master dan kurikulum yang mulai menggunakan Loose Part di luar ruangan umumnya lebih fleksibel, serta dapat mendorong anak usia dini menggunakan kebebasan mereka dalam bermain untuk mengembangkan kontrol individu dan keterampilan pengaturan diri.

Flanningan dan Dietze (2017), berpendapat bahwa bermain di lingkungan luar dengan pembelajaran Loose Part dapat mendukung anak untuk memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi karena memiliki pengaruh positif pada perilaku anak dan perkembangan mereka.

Dengan demikian Losee Part akan mengantarkan pada kegiatan eksplorasi alami dari dirinya sendiri tanpa paksaan atau perintah orang lain. Tentu hal ini sangat bagus untuk perkembangan mereka. Namun, tentu saja master memainkan peran penting dalam mempersiapkan, membimbing, dan mendokumentasikan selama compositions pembelajaran. Apa saja perannya? 

Sesekali ajak anak belajar di luar kelas, belajar tak melulu harus di dalam kelas, sesekali ajaklah anak untuk ke luar kelas mengeksplorasi apa yang ada di lingkungannya. Hal juga dapat menghindari kerumunan anak di dalam kelas. selain itu ada banyak bahan yang dapat mereka temukan untuk mereka eksplorasi, misalnya: pasir, blustering kayu, rumput, lumut, daun, bunga, biji pinus, jarum pinus, biji, kerang, kulit kayu, kerikil dan lain sebagainya.



Pertimbangkan keamanan anak saat bermain, walaupun anak dibebaskan untuk bereksplorasi namun tetap memperhatikan dan mengutamakan keselamatan anak, misalnya memastikan bahwa region yang akan dikunjungi anak bebas dari pecahan kaca, benda tajam maupun kemungkinan berbahaya lainnya.

Berikan kebebasan untuk bereksplorasi, keutamaan Loose Part akan di dapatkan anak apabila master tidak mendikte dalam cara penggunaannya, artinya apapun yang dibuat anak adalah atas inisiatifnya sendiri, bukan karena perintah master. Oleh karena sebaiknya jangan batasi kreativitas anak dalam penggunaan bahan yang ia gunakan dalam bermain atau memaksakan pembelajaran sesuai keinginan master. Kebebasan tersebut meliputi tiga kategori yang berbeda yaitu :


A. Kebebasan dalam pemilihan bahan

Bahwa bagian lepas pada bahan yang disediakan memberikan banyak pilihan bahan untuk anak, jadi alat dan bahan fundamental yang disiapkan master hendaknya bervariasi yang mampu mengcover masing minat anak.


B. Kebebasan selama expositions pembelajaran

Free part membebaskan anak selama expositions pembuatan suatu produk. Master hanya memberikan semangat atau sebagai fasilitator sekaligus inspiration bagi anak, seperti mengatakan "bisakah kamu membuat kupu sendiri" atau "mari kita membuat menara" tetapi selama compositions berlangsung master tidak mencontohkan langkah pembuatannya kepada anak. Ini bertentangan dengan praktik kelas umum yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa sering kali master mengatur atau memerintahkan anak untuk membuat sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan minat anak dalam membuat suatu karya. Master yang baik adalah master yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi berdasarkan imajinasinya masing, bukan terikat dengan langkah yang telah dicontohkan.



C. Kebebasan hasil produk

Kebebasan hasil produk akhir, free part memungkinkan variasi hasil produk yang dibuat oleh anak. Bagian yang lepas memberi anak kebebasan untuk membuat karya mereka sendiri. Tidak ada kewajiban bagi anak untuk membuat suatu karya yang harus persis sama dengan apa yang dicontohkan oleh master. Mengapa demikian? Karena hal itu akan menghambat kreativitas anak, menghambat daya pikir maupun imajinasi sang anak. oleh karena itu bebaskan mereka untuk berkarya sendiri. Hargai apapun bentuk karya yang dihasilkan oleh.

Minggu, 17 April 2022

Pembelajaran STEAM Anak Usia Dini

 Anak usia dini memiliki sikap dan tindakan berbeda dengan orang dewasa dalam hal berperilaku. Dimana salah satu sikap tersebut, adalah cara belajar. Sikap dalam belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami oleh pendidik. Hendaknya juga dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Telah banyak konsep pembelajaran yang telah diujicobakan terhadap anak usia ini agar benar-benar dapat melayani keingintahuan setiap anak pada masalah-masalah yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan lingkungansekitar. Salah satu nya adalah konsep terpadu antara bidang-bidang ilmu, baik di sekolah lanjutan maupun pada Pendidikan Anak Usia Dini, konsep pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran STEAM.


STEAM merupakan muatan pembelajaran kolaboratif yang mengarah pada pemberian motivasi, inovasi yang dapat melahirkan insan-insan kreatif menuju masyarakat berprestasi yang tidak hanya memperkuat pembelajaran dalam disiplin ilmu. Tetapi antar disiplin ilmu melalui kesempatan untuk mengeksplorasi yang diharapkan terjadinya koneksitas antar sains, teknologi, designing, seni, dan matematika dengan pemanfaatan sarana yang ada di lingkungan sekitar untuk menyelesaikan masalah dalam membangun pengetahuan yang positif. STEAM bukanlah mengenai pembelajaran dengan komponen terpisah.Melainkan sebuah pembelajaran kolaborasi atau penerapan seluruh komponen dalam tema tersebut. Secara singkat, bisa dikatakan. Pendidik dituntut untuk mampu menganalisa dan berpikir kritis. Mencakup penyampaian pengajaran, dalam mengolah bahan unlatched. Sehingga diharapkan mampu menggunakan alat dalam menyelesaikan suatu masalah dikehidupan sehari-hari yang ada dilingkungannya.

Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan dalam membangun cara berpikir agar anak memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui compositions mengamati sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.



    Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yang mengatakan bahwa "Anak usia dini belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang mereka peroleh". Sejalan dengan itu Vygotsky pula berpendapat bahwa "Lingkungan sekitar anak, misalnya anak yang lain, orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman anak". Kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan compositions hasil penyelidikan atau investigasi anak terhadap lingkungan. Pendekatan saintifik digunakan pada saat anak terlibat dalam kegiatan fundamental (termasuk saat kegiatan pembelajaran sains).

    Pentingnya pendekatan saintifik diimplementasikan pada PAUD adalah:

1. Mendorong anak agar memiliki kemampuan berpikir kritis, analis dan memiliki kemampuan       memecahkan masalah.

2. Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dengan mendorong anak melakukan kegiatan     mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

3. Mendorong anak mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberitahu.

     Oleh Dini Leeper (1994) mengemukakan tujuan pendekatan Saintifik Untuk Pendidikan Anak Usia Dini seperti berikut:

a. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Anak memiliki pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan disaat menerima informasi atau dalam menemukan masalah.

c. Anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang ditemukan di lingkungan alam sekitarnya, serta gejala-gejala alam yang terjadi.

d. Membantu anak memupuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala ciptaanNya.

e. Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya sehingga wawasan anak menjadi berkembang.

f. Menumbuh kembangkan sikap ingin tahu anak dalam segala hal, khususnya yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

g. Membantu anak agar mampu menggunakan teknologi sederhana, konsep sains, teknologi, designing, seni dan matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

h. Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sabtu, 09 April 2022

Problem Based Learning Pada AUD

Sebagai pengajar pendidik, diperlukan bisa menaruh pembelajaran yg bermakna bagi anak didik. Dengan memperhatikan ciri anak & pembelajaran berpusat dalam anak, sebagai akibatnya anak bisa berkesempatan pada bereksplorasi pada aktivitas belajar. Dikenalkannya metode pembelajaran berbasis kasus yg lebih dikenal menggunakan PBL. 
 
    Apa itu PBL? PBL kepanjangannya merupakan Problem Based Learning, ialah pembelajaran berbasis kasus. PBL adalah galat satu taktik buat berbagi prinsip bermain sembari belajar. PBL diterapkan menggunakan membuahkan anak menjadi sentra pembelajaran. PBL merupakan suatu pendekatan yg menurut prinsip constructive, persoalan solving, inquiri riset, integrated studies. Dalam PBL, anak bisa berbagi menggunakan suatu proyek individu atau grup buat membuat produk.
 
    Dengan penerapan pembelajaran berbasis kasus atau PBL akan bisa memunculkan berpikir taraf tinggi = HOTS (Higher Order Thinking Skills) & STEAM (Sains, Technology, engineering, Art and Mathematics) menurut aktivitas pembelajaran tadi. Anak bisa lebih menerima kesempatan buat berbagi daya nalarnya & kreativitasnya. Dalam aktivitas tadi jua bisa berbagi pendidikan karakter anak menggunakan menumbuhkan rasa empati, peduli, tanggung jawab, kemandirian & kerjasama. Penerapan pembelajaran berbasis kasus sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran masa pandemi covid-19, anak mengenal konflik konkret yg terdapat pada kurang lebih lingkungannya & menaruh pandangan baru pada pemecahan kasus. Anak bisa mengamati, mengidentifikasi, menganalisis suatu kasus menggunakan sederhana, sebagai akibatnya anak bisa menemukan solusi menurut konflik yg terdapat.
 
Ciri-karakteristik Problem Based Learning

Dalam pelaksanaannya, metode persoalan based learning dilakukan menggunakan serius dalam keaktifan murid, sedangkan pengajar hanya bertindak menjadi fasilitator. Masih melansir menurut jurnal 'Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)', karakteristik-karakteristik menurut persoalan based learning, yaitu: 
 
1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan 
Pembelajaran berkisar dalam kasus atau pertanyaan yg konkret & krusial bagi murid juga masyarakat. Pertanyaan & kasus yg diajukan wajib memenuhi kriteria autentik, jelas, gampang dipahami, luas, & bermanfaat.
 
2. Keterkaitan menggunakan Berbagai Disiplin Ilmu
Masalah yg diajukan pada proses pembelajaran usahakan berkaitan atau melibatkan banyak sekali disiplin ilmu.
 
3. Penyelidikan yg Autentik 
Penyelidikan dilakukan dalam kasus yg autentik. Selain itu, penyelidikan jua diharapkan buat mencari penyelesaian kasus yg bersifat konkret. Dalam penyelidikan, murid akan menganalisis & merumuskan kasus, berbagi, & menciptakan hipotesis, dan mendeskripsikan output akhir.
 
4. Menghasilkan Karya
Pada persoalan based learning, murid bertugas buat menyusun output penelitiannya pada sebuah karya & menampakan hasilnya. Artinya, murid diminta buat menciptakan laporan menurut output penyelesaian kasus.
 
5. Kolaborasi
Pada persoalan based learning, tugas-tugas yg diberikan wajib diselesaikan secara kolaboratif. Kerja kolaboratif bisa dilakukan baik antarsiswa pada grup akbar atau kecil, juga antara murid & pengajar.

 

Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Anak Usia Dini

  Individualized structure kontekstual berasal dari customized organization Context yang berarti "hubungan, konteks, suasana dan keadaa...