Minggu, 11 Oktober 2020

Teori belajar psikolog dan perkembangan


 Teori belajar psikolog dan perkembangan


 

I. Konsep minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.

 

Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik, sebagai aspek kejiwaan, minat tidak saja dapat mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong untuk melakukan sesuatukegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk

terikat pada suatu kegiatan. Sabri menyatakan bahwa minat sebagai suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat merupakan ciri-ciri keinginan yang dilakukan melalui tindakan

seorang individu yang dicobanya, dan ditujukan pada hal-hal yang disukainya.

Minat memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang, terutama selama masa kanak-kanak. Pentingnya minat antara lain:

a. Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar

b. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak

c. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

 

Minat pada anak ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Artinya, harus ada kerelaan dari seorang anak untuk melakukan sesuatu yang disukai. Timbulnya minat karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar hubungan tersebut maka semakin dekat minat seorang anak.

 

II. Konsep dan teori motivasi

Teori kepribadian yang pernah di ungkap Maslow(1970), berdidi di atas sejumlah asumsi dasar tentang motivasi. Pertama, maslow melakukan pendekatan holistis terhadap motivasi yaitu seluruh orang, bukas satu bagian atau fungsi tunggalnya saja yang termotivasi. Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang dapat muncul dari beberapa motiv yang terpisah. Ketiga, adalah manusia termotivasi seceara terus-menerus oleh satu kebutuhan atau kebutuhan lainnya. Keempat, semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang sama. Kelima, atau terakhir tentang motivasi adalah kebutuhan dapat disusun dalam brntuk hierarki. (Maslow 1943,1970).

 

Mengenai motivasi ini ada beberapa teori yang memberikan gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulas internal dan eksternal. Teori-teori ini antara lain:

A. Teori insting (insticnt theory), merupakan predisposisi yang alami (innate) untuk berbuat apabila menghadapi stimulus tertentu.

B. Teori dorongan (drive theory), teori ini berdasarkan atas dasar biologis, yaitu berkaitan dengan drive dan drive reduction.

C. Teori gejolak (arousal theory), disebut dengan optimal level theory. Pada dorongan teori ini asumsinya ialah organisme mencari atau mengurang ketegangan (tension), sehingga dengan demikian organisme ini mempertahankan gejolak atau arousal ini dalam keadaan yang minimum, relative rendah.

D. Teori insentif (incentive theory), adalah mendasar atas keadaan internal organimisme yaitu mendasar atas faktor biologis. Teori insentif mempunyai titik pijak yang berbeda. Teori ini justru berpijak pada faktor eksternal yang dapat memicu atau mendorong organimisme berbuat dan stimulus eksteernal ini di sebut intensif. Berasumsi bahwa organimisme akan menyadari tntang akibat atau konsekuensi dari perilak atau bepbuatannya, dan organimisme akan mendekati kepada intensif yang positif, dan menjauhi intensif yang negatif.

 

III. Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar [3]. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu guru harus mampu membangkitkan minat semua siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu dalam proses pembelajaran haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motivasi untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Untuk itu, dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harusmemperhatikan ranah afektif.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan motivasi belajar terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan guru secara sistematik untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa.

 

IV. Faktor yang mempengaruhi Proses Belajar.

 

1. Faktor Kecerdasan

Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir yang bersifat rumit dan abstrak. Tingkat kecerdasan dari masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat mengolah gagasan yang abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan cepat tanpa banyak kesulitan-kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.

 

2. Faktor Belajar

Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak dapat membaca seluruh bahan yang seharusnya dibaca. Termasuk di sini kurang menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.

 

3. Faktor Sikap

Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar dengan lancar atau tidak, tahan lama belajar atau tidak, senang pelajaran yang di hadapinya atau tidak dan banyak lagi yang lain. Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.

 

4. Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan yang tidak sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga mengganggu kegiatan belajar.

 

5. Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

 

6. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar itu turut juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk dan nyamuk yang mengganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Hubungan yang kurang serasi dengan teman dapat menganggu konsentrasi dalam belajar.

 

7. Faktor Guru

Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru yang kurang mampu dengan baik dalam mengajar dan yang kurang menguasai bahan yang diajarkan dapat menimbulkan rasa tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya dorongan untuk menguasainya di pihak siswa.

 

 

 

V. Perbedaan Gaya Belajar Siswa

     Tiap orang memiliki karakternya masing-masing. Dari kepribadian yang berbeda tersebut, tiap orang juga pasti memiliki hobi dan cara memproses informasi yang berbeda pula. Kalau kalian perhatikan, mungkin ada teman yang mahir menghafalkan gerakan tari, sementara yang lain lebih senang mencatat. Ini dikarenakan orang juga memiliki gaya belajar yang berbeda.

     Mengenali gaya belajar bisa membantu kalian untuk menyerap pelajaran dengan lebih mudah. Selain itu, guru dan orang tua juga dapat mengajarkan menggunakan gaya belajar yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan. Ada 8 jenis gaya belajar yaitu:

 

1. Visual

Orang yang memiliki gaya belajar visual dapat dengan mudah memahami data-data dalam bentuk visual, seperti peta dan grafik. Mereka mahir di pelajaran geometri, tapi sulit menggunakan angka dan aritmetika. Anak-anak visual juga memakan waktu lebih lama dalam mengembangkan kemampuan baca dan tulis. Tapi, mereka cenderung imajinatif dan berpikir secara unik. Mereka lebih cepat memproses apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar.

 

2. Verbal

Berbeda dengan orang visual, orang dengan gaya belajar verbal justru lebih cepat menyerap informasi dalam bentuk kata-kata. Mereka mahir menulis, membaca, mendengarkan, dan berbicara. Mereka cepat menghafal hal-hal yang mereka baca dan dengar, serta menyenangi permainan kata. Kebanyakan dari orang verbal tertarik untuk mempelajari bahasa yang berbeda.

 

3. Logika

Orang yang memiliki gaya belajar ini mahir dalam menyelesaikan masalah matematika dan memiliki penalaran yang logis. Mereka mampu memecahkan masalah dalam bentuk angka dan dapat memahami informasi yang abstrak. Cara berpikir mereka cenderung linear, sehingga lancar dalam menganalisis hubungan sebab-akibat. Orang dengan gaya belajar logika sering mengklasifikasi dan mengelompokkan informasi. Mereka dapat melakukan penghitungan rumit di dalam kepala mereka. Mereka juga menyenangi permainan strategi seperti catur.

 

4. Auditori

Gaya belajar selanjutnya adalah auditori. Mereka berpikir dalam bentuk suara, bukan visual. Orang-orang auditori juga berpikir secara kronologis dan mampu belajar secara efektif lewat metode step-by-step. Mereka dapat mengingat percakapan dengan baik dan menyenangi debat serta diskusi. Kemampuan bahasa mereka juga baik dan sering mendapat hasil yang memuaskan di tes oral. Bukan kejutan lagi jika mereka memiliki keahlian di bidang musik dan dapat dengan mudah membedakan tiap nada, ritme, dan suara.

 

5. Sosial

Orang dengan gaya belajar sosial ini cenderung unik karena mereka justru lebih cepat memahami suatu materi sambil berinteraksi dengan orang lain. Biasanya, mereka senang mempelajari topik tertentu bersama teman. Mereka juga mahir membaca emosi dan ekspresi wajah orang lain.

 

6. Intrapersonal

Kebalikan dengan orang sosial, orang dengan gaya belajar intrapersonal ini justru lebih senang belajar atau bekerja sendiri. Mereka memahami perasaan, identitas, dan kemampuan mereka sendiri, sehingga mereka cenderung lebih mandiri dan mampu mengatur diri sendiri.


7. Kinestetik

Orang-orang kinestetik senang menggerakkan tubuh dan melakukan sesuatu dengan kedua tangan mereka. Mereka lebih cepat memahami materi ketika tubuh mereka terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka senang belajar di ruang terbuka yang memungkinkan mereka untuk menggambar atau menulis.

 

8. Naturalistik

Gaya belajar yang terakhir adalah naturalistik. Orang-orang dengan gaya belajar ini dengan cepat memproses informasi yang berkaitan dengan pola-pola di alam dan mengaplikasikan penjelasan ilmiah untuk memahami makhluk hidup. Kebanyakan dari mereka tumbuh menjadi petani atau ilmuwan. Orang-orang naturalistik senang berada di luar ruangan dan berhubungan dengan alam. Mereka sering mengamati dan menghargai tumbuhan serta hewan-hewan yang mereka temukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Anak Usia Dini

  Individualized structure kontekstual berasal dari customized organization Context yang berarti "hubungan, konteks, suasana dan keadaa...